Siapa sih yang ga suka jajan? Jajan mejadi suatu kebiasan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Kebiasaan ini mendorong bagi sebagian orang untuk menjual jajan sebagai mata pencaharian mulai dari pedagang keliling, pedagang kaki lima, warung, dan juga kafe yang banyak bermunculan belakangan ini. Jajanan yang dijualpun beraneka ragam mulai dari jajanan pasar seperti kue-kue kecil, sempol, cilok, gorengan, bakso, gorengan, keripik, hingga makanan yang berasal dari luar negeri seperti hamburger.
Namun sayangnya, banyak orang yang jajan secara sembaragan dengan alasan praktis, mudah didapat serta murah. Lalu bagaimana sih sebenernya definisi jajan sembarangan itu? Jajan sembarangan itu dapat diartikan ketika seseorang mengkonsumsi jajan tanpa memedulikan kandungan gizi, komposisi bahan, faktor kebersihan, proses pengolahan dan cara penyajiannya. Padahal banyak ditemukan Bahan Tambahan Pangan Berbahaya (BTP) di dalam jajanan tersebut seperti formalin, boraks, pewarna tekstil, hingga bakteri makanan. Selain itu banyak juga yang ditambahkan penyedap rasa secara berlebihan, mengolah kembali makanan kadaluarsa, menggunakan minyak goreng berulang kali, es yang dibuat dari bahan mentah dan lain sebagainya.
Seringnya mengkonsumsi jajan tidak sehat, akan membawa akibat buruk dalam tubuh seperti tenggorokan kering, diare, pusing mual, muntah, kesulitan buang air besar, gangguan konsentrasi, serta jika sering makan makanan yang mengandung boraks dapat mengakibatkan kulit gatal, gangguan syaraf, kerusakan hati, ginjal, dan juga organ lainnya.
Lalu bagaimana sih cara memilih jajan yang sehat dan aman? Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan
1. Amati warnanya
Apabila jajanan berwarna mencolok atau berbeda jauh dari warna aslinya ada kemungkinan jajanan tersebut telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman.
2. Cicipi rasanya
Jajanan yang tidak aman biasanya berasa tajam misalanya sangat gurih dan ada rasa pahit serta membuat tenggorokan gatal.
3. Cium aromanya
Jajanan yang berbau tengik merupakan tanda jika jajanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
4. Amati komposisinya
Membaca dengan teliti adakah kandungan bahan–bahan makanan tambahan yang membahayakan kesehatan.
5. Perhatikan kualitasnya
Jangan memilih jajanan yang sudah rusak secara fisik. Apabila jajanan sudah berjamur maka jangan di konsumsi karena jajanan yang berjamur menandakan sudah kadaluarsa dan dapat menyebabkan keracunan. Pilih kemasan yang tidak rusak, hindari kemasan dari koran bekas ataupun kertas bekas.
6. Lihat lokasi jualannya
Hindari jajanan yang dijual di tempat terbuka serta tanpa penutup atau tidak dilindungi oleh kemasan makanan. Pilihlah tempat yang bersih, higenis, serta terhindar dari matahari, debu, hujan, dan asap kendaraan bermotor secara langsung.
7. Lihat proses pengolahannya
Minyak yang digunakan untuk menggoreng tidak dipakai berulang-ulang dan wadah yang digunakan sebagai tempat penyajian benar-benar bersih.
8. Kebersihan penjual
Hindari membeli jajanan ke penjual yang tidak menggunakan sarung tangan atau alat bantu lain saat mengambil makanannya. Karena bisa saja tangan si penjual tidak higienis karena habis digunakan memegang uang, mencuci piring, merokok, dan menggaruk tubuh.
9. Terdaftar di BPOM
Usahakan produknya telah terdaftar di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang bisa dicermati dalam label yang tertera di kemasannya.
Untuk lebih terjamin kesehatan dan keamanannya, ada baiknya membawa makanan sendiri dari rumah agar terhindar dari bahaya makanan yang mengandung zat aditif yang nantinya dapat membahayakan kesehatan. Biasakan pula sarapan pagi agar tidak terlalu banyak jajan serta terapkan pola hidup sehat dengan banyak mengkonsumsi sayur, buah dan banyak minum air putih, olahraga teratur, dan membiasakan cuci tangan sebelum makan. Jika terpaksa membeli jajan, sebaiknya lebih teliti dan berhati-hati ketika memilih makanan dengan cara menerapkan tips-tips di atas.
“The food you eat can be either the safest & most powerful form of medicine or the slowest form of poison.” – Ann Wigmore
Author: PP’15/16
#KA